Kidung Bulan
Entah karena kebodohan aku atau memang aku yang terlalu lugu, sehingga terjebak permainan hati, yang mau tidak mau mesti ada yang tersakiti. Aku tidak sadar, karena pikiran ku hilang dari nalar, yang ada hanyalah perasaan yang menjalar, mencekik dan menyumbat batas nalar.
Aku juga tidak mau terjebak, tetapi rasa ini terus dan terus mendesak. Aku benar benar terdesak, aku benar benar tidak bisa bergerak. Kini yang bisa aku lakukan adalah menyesalkan kenapa mesti ada persaaan, perasan yang menjebak dalam kegalauan. Aku tidak ingin kehilangan mereka semua, tapi aku juga tidak akan memiliki mereka semua. Aku tahu aku serakah, aku tahu kalau aku juga terlalu serakah, hingga terjebak dalam masalah, masalah yang terlalu sulit untuk aku pecah. Aku sendiri harus nya sadar diri, siapa dan apa aku ini. Aku bukan nabi juga bukan peri, yang mampu menyelamatkan semua yang aku sayangi. Aku harus nya tahu, aku juga manusia biasa, sepertihalnya mereka, yang terus berjuang maju. Aku juga butuh sandaran, saat lelah menyergap badan, aku butuh semangat, saat jiwa ku sekarat. Aku butuh bahu, saat segala sedih sepi menjadi pilu. Aku butuh seseorang yang benar benar mendengarkan dengan tenang, aku butuh kawan untuk berbagi dan mengadukan penderitaan.
Tapi apa yang terjadi, mereka berlalu dan pergi, mencibir dan mencaci maki, menghina dan merendahkan diri ini. Aku bukanlah manusia aku lebih rendah dari mereka, aku bukan binatang, tapi aku diperlakukan sewenag wenang. Saat aku butuh mereka, mereka menghilang begitu saja, saat aku perlu mereka, mereka tidak bisa dihubungi semua. Mungkin ini nasib yang harus aku tempuh, berjuang sendiri diantara remuk tulang dan derasnya peluh. Mungkin ini memang takdir yang sebagian orang menganggap kejam dan kikir. Ataukah ini bagian dari drama kehidupan, dimana orang baik selalu disingkirkan, atau juga ini merupakan panggung sandiwara, dimana semua orang harus memakai topeng dua, menjadi dirinya dan menjadi orang lain, seperti hal nya alien. Saat aku terpuruk, mereka bersorak dan bertepuk, saat aku hilang semangat mereka benar menyengat. Merka benar2 meruntuhkan hati dan pikiran ku, mereka ga peduli secara utuh dan menyeluruh, aku bagai onggokan sampah setelah dijadikan pembungkus masalah, aku dijadikan tameng saat mereka mengalami apa yang disebut kerangkeng.
Kini kehampaan aku benar-benar nyata, saat matahari membuka hari-hari hampa, saat bulan kembali mengingatkan aku akan kesepian kita, kesepian yang dilalui bersama nya. Dinyanyikan dan bernari bersama nya.
Aku rindu mereka, aku kangen mereka, tapi mereka tidak lagi menganggap aku ada. Aku hanya seonggokan daging tak berguna, daging dan darah yang tidak lagi merah, diserap dan dibuat lelah, hingga tak ada lagi yang mesti dingat, hanya tumpukan kering keringat.
Bersama bulan aku titipkan, pesan terkhir yang selama ini aku pendam, karena dia bagiku adalah kawan, saat matahari memalingkan wajah dan meninggalkan aku perlahan. Bersama dia juga aku percayakan, orang-orang yang telah meninggalkan aku, biarlah dia tetap tersenyum dlam mimpi, dan jagalah mereka dari kenyataan ilusi. Selimuti dia dengan kidung rindu mu, hangat kan dia dengan cerita 1001 malam mu.
Aku titipkan mereka, aku percayakan mereka.
Selamat tinggal semua.....
Walau kau anggap aku tiada
Aku akan merindukan dan sayang ma kalian semua...
Posting Komentar